Minggu, September 11, 2016

LAPAK BURHAN - Tangerang | Tokopedia

LAPAK BURHAN - Tangerang | Tokopedia: Belanja online aman dan nyaman dari LAPAK BURHAN - CLOTH AND GEAR EQUIPMENT
READ MORE - LAPAK BURHAN - Tangerang | Tokopedia

Kamis, Juni 06, 2013

Berapa Lama Sebenarnya Indonesia Dijajah Belanda?

8 Maret, 66 Tahun yang lalu

Melalui sejumlah fakta dan analisis sejarah, Nina Herlina L. sejarawan dari Universitas Padjajaran Bandung menjelaskan ketidakbenaran sejarah tentang penjajahan Belanda di Indonesia. Ucapan Bung Karno “Indonesia dijajah selama 350 tahun” menurutnya hanya dimaksudkan untuk membangkitkan semangat patriotisme di masa perang kemerdekaan. Lalu kapan tepatnya Belanda mulai menjajah?

***Oleh Nina Herlina L***.

“WIJ sluiten nu.Vaarwel, tot betere tijden. Leve de Koningin!” (Kami akhiri sekarang. Selamat berpisah sampai waktu yang lebih baik. Hidup Sang Ratu!). Demikian NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij/Maskapai Radio Siaran Hindia Belanda) mengakhiri siarannya pada tanggal 8 Maret 1942.
Enam puluh enam tahun yang lalu, tepatnya 8 Maret 1942, penjajahan Belanda di Indonesia berakhir sudah. Rupanya “waktu yang lebih baik” dalam siaran terakhir NIROM itu tidak pernah ada karena sejak 8 Maret 1942 Indonesia diduduki Pemerintahan Militer Jepang hingga tahun 1945. Indonesia menjadi negara merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Masyarakat awam selalu mengatakan bahwa kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Benarkah demikian? Untuk ke sekian kalinya, harus ditegaskan bahwa ?Tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun?. Masyarakat memang tidak bisa disalahkan karena anggapan itu sudah tertulis dalam buku-buku pelajaran sejarah sejak Indonesia merdeka! Tidak bisa disalahkan juga ketika Bung Karno mengatakan, ?Indonesia dijajah selama 350 tahun!? Sebab, ucapan ini hanya untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia saat perang kemerdekaan (1946-1949) menghadapi Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.

Bung Karno menyatakan hal ini agaknya juga untuk meng-counter ucapan para penguasa Hindia Belanda. De Jong, misalnya, dengan arogan berkata, ?Belanda sudah berkuasa 300 tahun dan masih akan berkuasa 300 tahun lagi!? Lalu Colijn yang dengan pongah berkoar, “Belanda tak akan tergoyahkan karena Belanda ini sekuat (Gunung) Mount Blanc di Alpen.”
Tulisan ini akan menjelaskan bahwa anggapan yang sudah menjadi mitos itu, tidak benar. Mari kita lihat sejak kapan kita (Indonesia) dijajah dan kapan pula penjajahan itu berakhir.


Kedatangan Penjajah

Pada 1511, Portugis berhasil menguasai Malaka, sebuah emporium yang menghubungkan perdagangan dari India dan Cina. Dengan menguasai Malaka, Portugis berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah seperti lada, cengkeh, pala, dan fuli dari Sumatra dan Maluku. Pada 1512, D`Albuquerque mengirim sebuah armada ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Dalam perjalanan itu mereka singgah di Banten, Sundakalapa, dan Cirebon. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara, akhirnya tiba juga di Ternate.

Di Ternate, Portugis mendapat izin untuk membangun sebuah benteng. Portugis memantapkan kedudukannya di Maluku dan sempat meluaskan pendudukannya ke Timor. Dengan semboyan “gospel, glory, and gold” mereka juga sempat menyebarkan agama Katolik, terutama di Maluku. Waktu itu, Nusantara hanyalah merupakan salah satu mata rantai saja dalam dunia perdagangan milik Portugis yang menguasai separuh dunia ini (separuh lagi milik Spanyol) sejak dunia ini dibagi dua dalam Perjanjian Tordesillas tahun 1493. Portugis menguasai wilayah yang bukan Kristen dari 100 mil di sebelah barat Semenanjung Verde, terus ke timur melalui Goa di India, hingga kepulauan rempah-rempah Maluku. Sisanya (kecuali Eropa) dikuasai Spanyol
.
Sejak dasawarsa terakhir abad ke-16, para pelaut Belanda berhasil menemukan jalan dagang ke Asia yang dirahasiakan Portugis sejak awal abad ke-16. Pada 1595, sebuah perusahaan dagang Belanda yang bernama Compagnie van Verre membiayai sebuah ekspedisi dagang ke Nusantara. Ekpedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda di Nusantara.

Kunjungan pertama tidak berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga para pedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten. Ketiga kapal kembali ke negerinya dengan muatan penuh. Sementara itu, kapal lainnya meneruskan perjalanannya sampai ke Maluku untuk mencari cengkih dan pala.

Dengan semakin ramainya perdagangan di perairan Nusantara, persaingan dan konflik pun meningkat. Baik di antara sesama pedagang Belanda maupun dengan pedagang asing lainnya seperti Portugis dan Inggris. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat ini, pada 1602 di Amsterdam dibentuklah suatu wadah yang merupakan perserikatan dari berbagai perusahaan dagang yang tersebar di enam kota di Belanda. Wadah itu diberi nama “Verenigde Oost-Indische Compagnie” (Serikat Perusahaan Hindia Timur) disingkat VOC.

Pemerintah Kerajaan Belanda (dalam hal ini Staaten General), memberi “izin dagang” (octrooi) pada VOC. VOC boleh menjalankan perang dan diplomasi di Asia, bahkan merebut wilayah-wilayah yang dianggap strategis bagi perdagangannya. VOC juga boleh memiliki angkatan perang sendiri dan mata uang sendiri. Dikatakan juga bahwa octrooi itu selalu bisa diperpanjang setiap 21 tahun. Sejak itu hanya armada-armada dagang VOC yang boleh berdagang di Asia (monopoli perdagangan).

Dengan kekuasaan yang besar ini, VOC akhirnya menjadi “negara dalam Negara” dan dengan itu pula mulai dari masa Jan Pieterszoon Coen (1619-1623, 1627-1629) sampai masa Cornelis Speelman (1681-1684) menjadi Gubernur Jenderal VOC, kota-kota dagang di Nusantara yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah berhasil dikuasai VOC. Batavia (sekarang Jakarta) menjadi pusat kedudukan VOC sejak 1619, Ambon dikuasai tahun 1630. Beberapa kota pelabuhan di Pulau Jawa baru diserahkan Mataram kepada VOC antara tahun 1677-1705. Sementara di daerah pedalaman, raja-raja dan para bupati masih tetap berkuasa penuh. Peranan mereka hanya sebatas menjadi “tusschen personen” (perantara) penguasa VOC dan rakyat.

“Power tends to Corrupt.” Demikian kata Lord Acton, sejarawan Inggris terkemuka. VOC memiliki kekuasaan yang besar dan lama, VOC pun mengalami apa yang dikatakan Lord Acton. Pada 1799, secara resmi VOC dibubarkan akibat korupsi yang parah mulai dari “cacing cau” hingga Gubernur Jenderalnya. Pemerintah Belanda lalu menyita semua aset VOC untuk membayar utang-utangnya, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasainya di Indonesia, seperti kota-kota pelabuhan penting dan pantai utara Pulau Jawa.

Selama satu abad kemudian, Hindia Belanda berusaha melakukan konsolidasi kekuasaannya mulai dari Sabang-Merauke. Namun, tentu saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul seperti Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908), Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908), Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912).

Peperangan di seluruh Nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh. Jadi baru setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh wilayah yang kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia (kecuali Timor Timur). Jangan lupa pula bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.

Saat-saat Akhir

Pada 7 Desember 1941, Angkatan Udara Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagano melancarkan serangan mendadak ke pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii. Akibat serangan itu kekuatan angkatan laut AS di Timur Jauh lumpuh. AS pun menyatakan perang terhadap Jepang. Demikian pula Belanda sebagai salah satu sekutu AS menyatakan perang terhadap Jepang.

Pada 18 Desember 1941, pukul 06.30, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer melalui radio menyatakan perang terhadap Jepang. Pernyataan perang tersebut kemudian direspons oleh Jepang dengan menyatakan perang juga terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada 1 Januari 1942. Setelah armada Sekutu dapat dihancurkan dalam pertempuran di Laut Jawa maka dengan mudah pasukan Jepang mendarat di beberapa tempat di pantai utara Pulau Jawa.

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda memusatkan pertahanannya di sekitar pegunungan Bandung. Pada waktu itu kekuatan militer Hindia Belanda di Jawa berjumlah empat Divisi atau sekitar 40.000 prajurit termasuk pasukan Inggris, AS, dan Australia. Pasukan itu di bawah komando pasukan sekutu yang markas besarnya di Lembang dan Panglimanya ialah Letjen H. Ter Poorten dari Tentara Hindia Belanda (KNIL). Selanjutnya kedudukan Pemerintah Kolonial Belanda dipindahkan dari Batavia (Jakarta) ke Kota Bandung.

Pasukan Jepang yang mendarat di Eretan Wetan adalah Detasemen Syoji. Pada saat itu satu detasemen pimpinannya berkekuatan 5.000 prajurit yang khusus ditugasi untuk merebut Kota Bandung. Satu batalion bergerak ke arah selatan melalui Anjatan, satu batalion ke arah barat melalui Pamanukan, dan sebagian pasukan melalui Sungai Cipunagara. Batalion Wakamatsu dapat merebut lapangan terbang Kalijati tanpa perlawanan berarti dari Angkatan Udara Inggris yang menjaga lapangan terbang itu.
Pada 5 Maret 1942, seluruh detasemen tentara Jepang yang ada di Kalijati disiapkan untuk menggempur pertahanan Belanda di Ciater dan selanjutnya menyerbu Bandung. Akibat serbuan itu tentara Belanda dari Ciater mundur ke Lembang yang dijadikan benteng terakhir pertahanan Belanda.

Pada 6 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten memerintahkan Komandan Pertahanan Bandung Mayor Jenderal J. J. Pesman agar tidak mengadakan pertempuran di Bandung dan menyarankan mengadakan perundingan mengenai penyerahan pasukan yang berada di garis Utara-Selatan yang melalui Purwakarta dan Sumedang. Menurut Jenderal Ter Poorten, Bandung pada saat itu padat oleh penduduk sipil, wanita, dan anak-anak, dan apabila terjadi pertempuran maka banyak dari mereka yang akan jadi korban.

Pada 7 Maret 1942 sore hari, Lembang jatuh ke tangan tentara Jepang. Mayjen J. J. Pesman mengirim utusan ke Lembang untuk merundingkan masalah itu. Kolonel Syoji menjawab bahwa untuk perundingan itu harus dilakukan di Gedung Isola (sekarang gedung Rektorat UPI Bandung). Sementara itu, Jenderal Imamura yang telah dihubungi Kolonel Syoji segera memerintahkan kepada bawahannya agar mengadakan kontak dengan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer untuk mengadakan perundingan di Subang pada 8 Maret 1942 pagi. Akan tetapi, Letnan Jenderal Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal agar usul itu ditolak.
Jenderal Imamura mengeluarkan peringatan bahwa “Bila pada 8 Maret 1942 pukul 10.00 pagi para pembesar Belanda belum juga berangkat ke Kalijati maka Bandung akan dibom sampai hancur.” Sebagai bukti bahwa ancaman itu bukan sekadar gertakan, di atas Kota Bandung tampak pesawat-pesawat pembom Jepang dalam jumlah besar siap untuk melaksanakan tugasnya.

Melihat kenyataan itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda beserta para pembesar tentara Belanda lainnya berangkat ke Kalijati sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah ditentukan. Pada mulanya Jenderal Ter Poorten hanya bersedia menyampaikan kapitulasi Bandung. Namun, karena Jenderal Imamura menolak usulan itu dan akan melaksanakan ultimatumnya. Akhirnya, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Jepang tanpa syarat. Keesokan harinya, 9 Maret 1942 pukul 08.00 dalam siaran radio Bandung, terdengar perintah Jenderal Ter Poorten kepada seluruh pasukannya untuk menghentikan segala peperangan dan melakukan kapitulasi tanpa syarat.
Itulah akhir kisah penjajahan Belanda. Setelah itu Jepang pun menduduki Indonesia hingga akhirnya merdeka 17 Agustus 1945. Jepang hanya berkuasa tiga tahun lima bulan delapan hari.

Analisis

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menghitung berapa lama sesungguhnya Indonesia dijajah Belanda. Kalau dihitung dari 1596 sampai 1942, jumlahnya 346 tahun. Namun, tahun 1596 itu Belanda baru datang sebagai pedagang. Itu pun gagal mendapat izin dagang. Tahun 1613-1645, Sultan Agung dari Mataram, adalah raja besar yang menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, dan Blambangan. Jadi, tidak bisa dikatakan Belanda sudah menjajah Pulau Jawa (yang menjadi bagian Indonesia kemudian).

Selama seratus tahun dari mulai terbentuknya Hindia Belanda pascakeruntuhan VOC (dengan dipotong masa penjajahan Inggris selama 5 tahun), Belanda harus berusaha keras menaklukkan berbagai wilayah di Nusantara hingga terciptanya Pax Neerlandica. Namun, demikian hingga akhir abad ke-19, beberapa kerajaan di Bali, dan awal abad ke-20, beberapa kerajaan di Nusa Tenggara Timur, masih mengadakan perjanjian sebagai negara bebas (secara hukum internasional) dengan Belanda. Jangan pula dilupakan hingga sekarang Aceh menolak disamakan dengan Jawa karena hingga 1912 Aceh adalah kerajaan yang masih berdaulat. Orang Aceh hanya mau mengakui mereka dijajah 33 tahun saja.

Kesimpulannya, tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Yang benar adalah, Belanda memerlukan waktu 300 tahun untuk menguasai seluruh Nusantara.

Dikutip secara lengkap dari harian Pikiran Rakyat, 8 Maret 2008.
Nina Herlina L. adalah Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat/Ketua Pusat Kebudayaan Sunda Fakultas Sastra Unpad. 


Sumber : http://forum.indowebster.com//showthread.php?t=36279
READ MORE - Berapa Lama Sebenarnya Indonesia Dijajah Belanda?

Sabtu, November 03, 2012

5 Tahun Lagi, Tak Ada Edelweis di Bromo

TEMPO.CO , Malang - Keberadaan bunga edelweis di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terancam punah.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memperkirakan bungka khas dari dataran tinggi itu akan punah dalam tempo lima hingga sepuluh tahun mendatang.
"Perburuan edelweis oleh manusia untuk diperjualbelikan cukup banyak terjadi," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo, Ayu Dewi Utari kepada Tempo, Kamis 1 November 2012.
Menurut dia, banyak pengunjung yang tak mempunyai kesadaran untuk tetap menikmati keindahan edelweis tanpa harus memetiknya. Selain itu, lanjut Ayu, faktor anomali cuaca juga dapat membuat tanaman dengan nama Latin Anaphalis Javanica itu terancam punah.
Soal rendahnya kesadaran pengunjung taman nasional Bromo dalam melestarikan edelweis, Ayu mengatakan, mereka umumnya memetik bunga itu untuk disimpan sebagai kebanggaan, ditaruh di kamar atau ruang tamu sebagai hiasan, atau dijadikan oleh-oleh bagi orang terkasih.
Kebiasaan ini dipicu anggapan bahwa edelweis perlambang keabadian, ketulusan cinta, dan pengorbanan karena hanya tumbuh di ketinggian pucuk atau lereng gunung.
Edelweis tumbuh liar merata di seluruh kawasan taman nasional Bromo Tengger Semerus seluas 50.276 hektare. Bila disatukan, sebaran tanaman edelweis ditaksir hanya seluas 1.000 hektare.
Pengawasan terhadap keberadaan flora dan fauna di taman nasional ini rutin dilakukan dengan patroli. Pengelola juga tak bosan-bosannya mengingatkan pengunjung untuk tidak mengambil dan membawa pulang apapun dari dalam taman nasional tanpa izin.
"Namun tetap saja banyak pengunjung yang bandel. Ada yang mengaku pecinta alam, tapi ulahnya justru merusak alam," ujar Ayu.
Untuk menyelamatkan tanaman edelweis dari ancaman kepunahan sekaligus supaya pengunjung dapat menikmati keindahan bunga itu, pengelola taman nasional berencana membuat taman konservasi edelweis seluas 1 hektare di wilayah Ranu Regulo, yang berjarak sekitar 300 meter dari Pos Ranu Pani.
Taman konservasi yang dibangun bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) itu rencananya akan membudidayakan seratusan pohon edelweis untuk tahap awal. Sayangnya, hingga kini hanya 5 pohon yang bertahan hidup, selebihnya sekarat dan mati.
Ayu mengatakan cuaca ekstrem sepanjang Juni hingga Agustus membuat temperatur udara di taman nasional bisa mencapai minus tiga derajat Celsius pada malam hari. Akibatnya, muncul bunga-bunga es di pucuk-pucuk pohon, ilalang, dan rerumputan yang bentuknya mirip salju tipis. "Tanaman edelweis sulit tumbuh di saat suhu ekstrem dingin," ujarnya. "Di musim kering edelweis mati suri dan hidup lagi di musim hujan."
ABDI PURMONO
READ MORE - 5 Tahun Lagi, Tak Ada Edelweis di Bromo

Jumat, Oktober 28, 2011

Komodo

Di Indonesia, Taman Nasional Komodo mencakup tiga pulau besar Komodo, Rinca dan Padar, serta banyak lagi pulau-pulau yang lebih kecil, dengan total luas 1.817 kilometer persegi (603 kilometer perseginya daratan). Taman nasional ditetapkan tahun 1980 untuk melindungi komodo. Kemudian, taman nasional ini juga didedikasikan untuk melindungi spesies lain, termasuk hewan laut. Pulau-pulau taman nasional berasal dari kegiatan vulkanik.

sumber : http://www.new7wonders.com/archives/wonder/komodo-7?lang=id
READ MORE - Komodo

Jumat, Maret 05, 2010

Pemanasan global


Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global#Penyebab_pemanasan_global


READ MORE - Pemanasan global

Menangkal Banjir Jakarta

Koran Tempo - 28 Desember 2007
Tahun 2007 Jakarta kembali diterjang banjir. Banjir yang didominasi air laut pasang (rob) di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, itu disebabkan oleh peristiwa siklus bulan. Hujan yang cukup lebat di laut sebelah utara Jakarta ikut menambah volume air yang menggenangi Jakarta.

Banjir di wilayah Jakarta terjadi karena air pasang dari laut masuk dan mencari tempat yang lebih rendah. Kebetulan sebagian wilayah Jakarta Utara (sekitar 40 persen) secara topografi lebih rendah dari permukaan laut. Tahun ini siklus bulan (lunar cycle) setiap 18,6 tahun merupakan penyebab utama air pasang.

Sifat air pasang ini tidak permanen. Secara umum kejadian air pasang akan mencapai titik maksimum pada pukul 12 siang, yaitu 12 jam sejak gelombang pasang dimulai tengah malam sebelumnya yang bertepatan dengan bulan purnama. Diperkirakan ketinggian air yang menggenangi wilayah Jakarta Utara mencapai 1,2 meter.

Sementara itu, diperkirakan air pasang laut menjelang akhir 2007 akan bertambah tinggi, hingga mencapai 1,5 meter, akibat gelombang laut yang terjadi dengan embusan angin dari Laut Cina Selatan. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga di wilayah Indonesia lainnya, mulai Sumatera, Jawa, sampai Nusa Tenggara.

Khusus untuk wilayah Jakarta, pergerakan angin akan bertemu pada titik konvergensi di sepanjang daratan Jawa, termasuk Jakarta. Kondisi tersebut sangat berpotensi terjadinya pembentukan awan dan turunnya hujan di wilayah laut serta sebagian daratan Jakarta. Alhasil, ketinggian air bisa lebih besar di wilayah Jakarta akibat tiga fenomena alam tersebut sekaligus (air pasang akibat siklus bulan, gelombang laut akibat embusan angin, serta curah hujan di laut dan sebagian kecil di daratan Jakarta).

Tim Institut Teknologi Bandung telah melakukan simulasi khusus untuk menghitung luas kejadian genangan di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Kejadian air pasang yang terjadi pada Senin lalu di wilayah Jakarta, khususnya Jakarta Utara, telah merendam 25 kilometer persegi atau 3,8 persen dari wilayah Jakarta. Wilayah yang terparah terendam berturut-turut adalah Muara Baru, Muara Angke, dan sekitar Pluit. Kejadian genangan di wilayah Jakarta utara tersebut relatif lebih kecil dibandingkan dengan genangan yang terjadi pada awal Februari 2007.

Tentu dapat dibayangkan apabila volume air hujan dari Bogor, yang dapat mencapai 1.600 meter kubik per detik, masuk ke wilayah Jakarta, dan Jakarta akan kelebihan jumlah air. Diperkirakan potensi kejadian ini akan sangat besar terjadi pada satu bulan mendatang.

Apabila Kanal Banjir Timur dan Kanal Banjir Barat dapat menampung volume aliran air dari Bogor masing-masing 300 meter kubik per detik, masih ada sisa 1.000 meter kubik per detik lagi yang terpaksa ditampung oleh wilayah Jakarta. Tentu saja kejadian ini akan membuat Jakarta selalu berpotensi menjadi wilayah banjir atau genangan.

Kondisi terendamnya Jakarta secara tidak permanen tersebut pada masa mendatang akan terjadi secara permanen akibat dua hal, yakni kenaikan muka laut akibat pemanasan global (dengan laju kenaikan 0,57 sentimeter per tahun) serta penurunan muka tanah Jakarta akibat beban bangunan dan eksploitasi air tanah (dengan laju penurunan 0,80 sentimeter per tahun) di wilayah Jakarta.

Sementara itu, iklim juga berubah. Diprediksi pola curah hujan dari wilayah Bogor bergeser 3-5 persen per tahun memasuki wilayah Jakarta, dan ini dipastikan akan menambah volume air hujan yang langsung memasuki wilayah Jakarta. Hasilnya dapat diprediksi: Jakarta akan terendam secara permanen.

Model penangkalan banjir yang dikembangkan oleh tim ITB pada awal tahun ini memprediksi bahwa paling tidak sekitar 24 persen wilayah Jakarta akan terendam air secara permanen pada 2050. Apabila model tersebut disimulasikan untuk 2100, diperkirakan Monumen Nasional, yang merupakan kebanggaan rakyat Indonesia, akan mulai tergenang pada 2080.

Antisipasi secara struktural dan terencana mesti segera dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun pemerintah pusat. Di masa mendatang, untuk mengatasi banjir permanen akibat kenaikan muka laut tersebut, dianggap lebih pas kalau dilakukan pembangunan dinding tegakan laut (seawall).

Sementara itu, polder atau sumur resapan dapat dibangun di daratan Jakarta. Dibutuhkan dana sekitar US$ 39 miliar untuk pengembangan seawall di sepanjang pantai Jakarta. Walaupun pembangunan seawall jauh lebih mahal dibanding usaha lain, biaya ini jauh lebih rendah ketimbang dampak banjir (0,24 persen).

Usul pembangunan seawall ini dipandang lebih baik ketimbang pembangunan daerah jebakan air pasang (polder). Karena pengembangan polder berpotensi menimbulkan kerugian pada kegiatan masyarakat yang ada di wilayah pengembangan polder.

Kesuksesan pengembangan polder di Belanda 100 tahun yang lalu sangat jauh berbeda dengan kondisi wilayah pantai Jakarta yang sudah berkembang menjadi daerah hunian dan industri serta adanya penurunan muka tanah.

Untuk menangani limpasan air dari wilayah selatan yang memasuki Jakarta, pemerintah DKI Jakarta dapat memanfaatkan limpahan air dari Bogor tersebut menjadi sumber air utama wilayah Jakarta, sehingga lambat laun eksploitasi air tanah dapat dihentikan dalam upaya mengurangi penurunan muka tanah Jakarta.

Jelas sudah, kejadian banjir nonpermanen terjadi setiap tahun di Jakarta Utara. Kejadian yang lebih luas dapat terjadi setiap tahun karena iklim tidak mengenal periode ulang lima tahunan. Implikasi pemanasan global terus menerpa Jakarta dengan kenaikan muka lautnya, ditambah lagi laju pembangunan dan eksploitasi air tanah tidak mudah dihentikan.

Sekarang semua menunggu langkah konkret dari pengambil keputusan untuk secara sadar dan cepat mengurangi beban yang terus menerus ditanggung masyarakat.

Dr Armi Susandi, MT Ketua Program Studi Meteorologi ITB dan Pakar Perubahan Iklim


READ MORE - Menangkal Banjir Jakarta

2050, Jakut Tenggelam

Kondisi Jakarta juga diperparah oleh turunnya permukaan tanah akibat pola pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Rata-rata penurunan muka tanah di Jakarta berkisar 0,87 cm per tahun.Keberadaan gedung-gedung pencakar langit yang menghujam tanah Jakarta perlu dikaji ulang.

[JAKARTA] Laju pemanasan global yang berlangsung saat ini mengancam kelestarian sejumlah kawasan di

Indonesia. Dalam 100 tahun terakhir suhu permukaan bumi naik satu derajat Celsius, dan mengakibatkan naiknya permukaan air laut di seluruh dunia.

Menurut Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Keluatan dan Perikanan Indroyono Susilo kepada SP, di Jakarta, Sabtu (1/3), fenomena tersebut bisa dilihat dengan semakin tingginya intensitas tumpahan air laut ke darat (rob), termasuk banjir besar yang merendam sebagian wilayah di DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Lumpuhnya Bandara Soekarno Hatta, juga tak lepas dari akibat fenomena naiknya muka air laut.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan BRKP, pada tahun 2050, sekitar 25 persen wilayah Jakarta Utara (Jakut) akan tenggelam. Kawasan seperti Ancol, Pantai Indah Kapuk, Koja, dan Tanjung Priok hilang dari peta Indonesia.

"Kawasan seluas 160 kilometer persegi atau sekitar 25 persen wilayah Jakarta akan tenggelam secara permanen," ungkap Indroyono.

Secara kasat mata, lanjutnya, tanda-tanda awal tenggelamnya kawasan itu bisa dilihat dari garis pantai di utara kota yang dulu bernama Batavia ini, sudah berubah. Garis pantai mulai masuk ke daratan akibat proses abrasi (pengikisan daratan oleh air laut). Laju kenaikan muka laut rata-rata 0,57 cm per tahun. Kecepatan naik muka air laut di beberapa wilayah utara Jakarta berbeda-beda.

Tetapi, menurut hasil penelitian tim dari Institut Teknologi Bandung, tren yang muncul menunjukkan kenaikan. Pada 1925, kondisi muka laut di Teluk Jakarta tercatat 51,19 cm.
Dalam 25 tahun berikutnya (1950), muka laut bertambah 14,37 cm.

Pada 25 tahun selanjutnya (1975), terjadi kenaikan muka laut 14,38 cm. Jumlah kenaikan muka laut Teluk Jakarta setiap 25 tahun berada di kisaran 14,37 cm, atau rata-rata kenaikan per tahun 8 mm. Berdasarkan asumsi tersebut, pada 2050 diperkirakan muka laut di Teluk Jakarta akan mencapai 123,06 cm (1,23 meter).

Indroyono mengingatkan, hasil riset lembaga penelitian internasional dari badan riset Australia yang menyebutkan kenaikan muka laut yang secara berangsur-angsur menunjukkan tren kenaikan, akan mengancam kelangsungan negara kepulauan.

Dalam penelitian itu disebutkan, pada 2001, Tuvalu, negara kepulauan di Samudera Pasifik, terpaksa mengungsikan 11.000 warganya akibat kenaikan muka laut. Tuvalu terpaksa menandatangani perjanjian dengan Selandia Baru, agar mau menerima warganya yang terpaksa diungsikan.

Kondisi ini tidak terlepas dari peristiwa yang terjadi pada 1995-2002, yakni semenanjung Kutub Selatan kehilangan sandaran es seluas 12.500 kilometer persegi, atau setara empat kali lipat luas wilayah Luksemburg.

Jika masyarakat Jakarta termasuk pemerintah tidak mengambil langkah-langkah positif, misalnya memperbaiki wilayah pesisir dengan menumbuhkan kembali vegetasi bakau, bukan tidak mungkin sebagian warga Jakarta akan menjadi pengungsi cuaca seperti yang dialami warga Tuvalu.

Sementara itu, peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Armi Susandi mengatakan, kondisi Jakarta juga diperparah oleh turunnya permukaan tanah akibat pola pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Rata-rata penurunan muka tanah di Jakarta berkisar 0,87 cm per tahun. Keberadaan gedung-gedung pencakar langit yang menghujam tanah Jakarta perlu dikaji ulang.

Saat ini Jakarta tak ubahnya belantara beton. Berdasarkan penelitian Bloomberg, New York, keberadaan gedung pencakar langit sangat berperan besar dalam meningkatkan emisi karbondioksida (CO2). Setidaknya, 79 persen emisi gas rumah kaca diproduksi wilayah perkotaan. Sedangkan 21 persen emisi karbondioksida dihasilkan dari penggunaan energi dari sektor transportasi massa.

Rehabilitasi Mangrove

Terkait persoalan tersebut, Guru Besar Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dietriech G Bengen menjelaskan, kondisi Jakarta hanyalah sebagian kecil dari wilayah yang mewakili pesisir di Pulau Jawa. Jika pola pembangunan di seluruh pesisir Jawa tidak mengindahkan lingkungan, seperti dibabatnya vegetasi hutan bakau di sepanjang pantai utara hingga di selatan Jawa, bukan tidak mungkin pada 2050 Pulau Jawa akan "kurus", akibat sebagian wilayah pesisir tenggelam.
"Laju kenaikan muka air laut bisa dihambat dengan merehabilitasi hutan mangrove di seluruh pesisir Jawa," ujar Dietriech.

Hasil kajian BRKP maupun IPB menyebutkan, dalam lima tahun ke depan sebanyak 2.000 pulau akan hilang dari peta Indonesia akibat naiknya permukaan air laut. "Oleh karena itu Indonesia harus mengerahkan segenap kemampuan untuk mencegah bencana lingkungan tersebut," tambah Dietriech. [L-11]


Last modified: 1/3/08


READ MORE - 2050, Jakut Tenggelam

Selasa, Januari 19, 2010

Mei 2010, Wanadri Gelar Ekspedisi "Tujuh Puncak Dunia"

BANDUNG - Kelompok penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri Bandung akan melakukan ekspedisi pendakian tujuh puncak gunung tertinggi di dunia (the Seven Summits) selama tiga tahun, terhitung mulai Mei 2010 mendatang.

"Ekspedisi akan digelar dalam waktu tiga tahun sekaligus menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang pendakinya telah melakukan penaklukkan di tujuh gunung tertinggi dunia," kata staf operasi Wanadri Bandung Ardeshir Yaftebbi di Bandung, Selasa (29/12/2009).

Yaftebbi mengatakan, ekspedisi yang terdiri dari enam pendaki terbaik Wanadri ini dinamai dengan "Wanadri Untuk Indonesia di Atap-Atap Dunia". Ketujuh puncak gunung tertinggi dunia yang akan menjadi target ekspedisi Wanadri itu antara lain Puncak Carstenz Pyramid di Papua, Kilimanjaro di Afrika, Elbrus di Eropa, Aconcagua di Amerika Selatan, Mc Kinley di Amerika Serikat, Vinsson Massif di Antartika, serta puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest, di pegunungan Himalaya, di Asia Selatan.

"Pendakian ini akan diawali dari Carstenz Pyramid dan diakhiri dengan ekspedisi penaklukan Mount Everest," kata Yaftebbi.Pendakian selama tiga tahun tersebut akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan persiapan tim yang dilakukan secara matang. "Ekspedisi itu dilakukan cukup panjang, yakni tiga tahun, karena tidak semua gunung bisa didaki setiap saat sehingga harus disesuaikan dengan kondisi," katanya.

Yaftebbi mengatakan, ekspedisi tujuh puncak tertinggi dunia itu dilakukan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa dan negara di mata dunia internasional. Dia menyebutkan, dari 245 negara di dunia, tercatat baru 23 negara yang para pendakinya telah menaklukan ketujuh puncak gunung tertinggi di dunia itu.

"Salah satunya Singapura, tetangga kita yang tidak punya gunung itu merupakan salah satu dari 23 negara tersebut. Jadi, kenapa kita yang punya puncak tertinggi (Carstenz Pyramid) tidak bisa melakukannya? Wanadri siap melakukannya," katanya.

Yaftebbi mengakui, untuk melakukan ekspedisi tersebut membutuhkan dana tidak sedikit, yakni sekitar Rp 7 hingga Rp 8 miliar. Namun demikian, lanjut dia, hal itu tidak masalah dan pihaknya siap menggalang dana untuk ekspedisi ini, termasuk menggandeng pemerintah dan menggaet sponsor secara profesional.

"Dari serangkaian ekspedisi pendakian itu, biaya terbesar ada pada pendakian terakhir di Mount Everest," tambahnya.



http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/12/29/16010290/mei.2010.wanadri.gelar.ekspedisi.tujuh.puncak.dunia
READ MORE - Mei 2010, Wanadri Gelar Ekspedisi "Tujuh Puncak Dunia"

Senin, Januari 11, 2010

Arus Liar Sapu Bersih Piala Kejurnas Arung Jeram Di Sungai Ciberang

Sembilan belas tim arung jeram unggulan dari berbagai daerah di Indonesia berlomba mengukir prestasi dalam ajang Kejurnas Arung Jeram Ciberang Banten 2009. Selain merupakan kompetisi arung jeram nasional yang paling bergengsi dan paling diminati, kejurnas yang diselenggarakan di Sungai Ciberang, Banten 21-23 Desember 2009 ini juga merupakan ajang seleksi bagi atlit arung jeram untuk dapat berlaga di kompetisi tingkat internasional.

Minat klub arung jeram Indonesia untuk ikut sebagai peserta kejuaraan internasional tahun ini sangat besar mengingat perhelatan kompetisi se benua bertajuk IRF Australasian Rafting Champ pada tahun 2010 akan digelar di Indonesia. Dua tim putra dan putri pemenang kejurnas akan punya kesempatan lebih besar karena tidak perlu mencari dana terlalu besar untuk mengongkosi atlitnya dibandingkan jika harus bertanding di luar negeri. Pembiayaan kerap menjadi kendala bagi tim Indonesia untuk dapat berpartisipasi di kejuaraan tingkat internasional. Sementara prestasi atlit arung jeram Indonesia juga tak bisa dianggap remeh.

Pada ajang World Rafting Championship 2007, dalam pidatonya, Presiden IRF (International Rafting Federation), Raffael Gallo menyatakan Tim Indonesia sebagai The Rising Star. Tim Indonesia juga telah menjadi Runner Up dalam arena World Cup Japan 2008. Dengan menjadi tuan rumah, Tim Indonesia juga memiliki waktu yang cukup panjang untuk mempelajari Sungai Serayu dan Progo yang akan dijadikan arena perlombaan.
Tim Arus Liar dari DKI Jakarta kembali mengukir prestasi dengan menyapu bersih semua nomor lomba. Tim yang sejak pertama kali Kejurnas Arung Jeram digelar oleh FAJI (Federasi Arung Jeram Indonesia) menduduki peringkat I ini telah berupaya mati-matian untuk terus dapat mempertahankan prestasinya selama kurun waktu 12 tahun. Dalam nomor Sprint, atau kecepatan jarak pendek, Tim Arus Liar mengungguli lawan-lawannya. Berada pada posisi pertama, Tim Arus Liar unggul dari lawannya Songa dari Jatim di nomor Head to Head. DI babak semi final, Tim Arus Liar sempat tertinggal di belakang tim unggulan Kapinis dari Jawa Barat namun berhasil menyusul melalui celah jeram yang sempit dan akhirnya melaju ke babak final. Pada babak final, Tim Arus Liar melaju di depa Riam Jeram dari DKI.

Pada nomor Slalom putaran pertama Tim Arus Liar melewati kedua belas gawang di lintasan dengan mulus dan menduduki peringkat pertama. Di nomor terakhir yang paling bergengsi Tim Arus Liar mengarungi Sungai Ciberang dengan waktu 43 menit disusul Riam Jeram yang akhirnya menempati posisi kedua dalam keseluruhan poin pertandingan. Pada hasil akhir, Tim Arus Liar mendapat total core 1000 angka tertinggi dalam kejuaraan arung jeram disusul Tim Riam Jeram dengan score 796 dan Kapinis Calw dari Jawa Barat dengan total score 767.

Di kelas Putri, Tim Kapinis ClawPutri dari Jawa Barat memperoleh score 979 disusul Tim Sulut putri dengan total score 874 dan Kota Malang, Jawa Timur berada di peringkat III dengan total score 817.
Tantangan berikutnya untuk tim-tim pemenang adalah mempersiapkan diri menghadapi tim-tim unggulan dari berbagai negara di Asia dan Australasia. Tim unggulan dari Jepang, Australia, New Zealand dan tim lainnya dari Philippine, India, Turkey, Iran dan Malaysia juga telah mempersiapkan tim nasional negaranya untuk menjajal ganasnya jeram-jeram di Sungai Serayu dan Progo. Semoga Merah Putih dapat berkibar di arena kompetisi internasional ini.
Sumber : http://myzone.okezone.com/index.php/content/read/2009/12/24/3/45/arus-liar-sapu-bersih-piala-kejurnas-arung-jeram
READ MORE - Arus Liar Sapu Bersih Piala Kejurnas Arung Jeram Di Sungai Ciberang

INFORMASI DAN PERATURAN UMUM KEJUARAAN NASIONAL ARUNG JERAM (R-6) CIBERANG – BANTEN 2009 21 - 24 Desember 2009




PENGURUS BESAR FEDERASI ARUNG JERAM INDONESIA (PB FAJI) bekerjasama dengan Pengurus Daerah Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Banten dan Pemerintah Provinsi Banten mengundang Pengurus Daerah Federasi Arung Jeram di Indonesia untuk berpartisipasi dalam KEJUARAAN NASIONAL ARUNG JERAM (R-6) CIBERANG - BANTEN 2009 yang akan diselenggarakan di sungai Ciberang – Banten tanggal 21 – 24 Desember 2009.
PENDAHULUAN
Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) yang dibentuk pada tahun 1996 merupakan wadah beraktifitasnya para penggiat Arung Jeram di Indonesia. Sejak itu pembinaan Arung Jeram mulai dilakukan secara terorganisir, baik dalam bentuk pelatihan maupun kejuaraan. Dengan mengacu pada standar International Rafting Federation (IRF), FAJI secara terus menerus melakukan usaha mengembangkan olah raga arung jeram sebagai olah raga prestasi di Indonesia, selain itu juga melakukan pembinaan di bidang wisata arung jeram yang aman dan profesional.
KEJURNAS ARUNG JERAM (R-6) CIBERANG – BANTEN 2009 merupakan kalender utama PB FAJI yang diselenggarakan dengan kerjasama dan dukungan penuh oleh Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak. Kejurnas ini dilaksanakan sekaligus sebagai ajang Seleksi tim nasional untuk dapat lolos dan berlomba pada kejuaraan Australasia Rafting Championship 22 – 27 April 2010 di Sungai Serayu dan Sungai Progo Provinsi Jawa Tengah.
LOKASI KEGIATAN
Sungai Ciberang, Desa Muhara, Kec. Lebak Gedong – Cipanas, Kab. Lebak, Provinsi Banten
WAKTU DAN JADWAL
KEJURNAS ARUNG JERAM (R-6) CIBERANG – BANTEN 2009 direncanakan dilaksanakan pada tanggal 21 – 24 desember 2009, jadwal kegiatan sebagai berikut :
30 Oktober–5 Desember 2009 Pendaftaran Peserta
16 – 17 desember 2009 Pelatihan River Rescue
18 Desember 2009 Pelatihan Juri
19 Desember 2009 Pelatihan Juri
Peserta sampai di Lokasi Lomba
Registrasi
20 Desember 2009 Official Training Run
21 Desember 2009 Opening Ceremony / Sprint & H2H Race/ Prize Award
22 Desember 2009 Slalom / Prize Award
23 Desember 2009 Down River Race / Closing Ceremony –
Grand Prize Award - Peserta kembali
BENTUK KEGIATAN
KEJUARAAN NASIONAL ARUNG JERAM CIBERANG BANTEN 2009 merupakan kegiatan multi event dengan kegiatan utama adalah Kejuaraan arung jeram, selain itu juga diselenggarakan acara-acara pendukung berupa :
• Bazar & Wisata Kuliner
Pada saat penyelenggaraan event ini juga dilaksanakan bazaar yang dikoodinir oleh Panitia, dimana tersedia makanan dan minuman, souvenir bagi atlit dan pengunjung.
• Pendidikan dan Pelatihan
Pada event ini juga dilaksanakan pendidikan dan pelatihan serta Sertifikasi :
a. Pelatihan River Rescue
b. Pelatihan Juri dan Manajemen Lomba
Pendidikan dan Pelatihan yang dilaksanakan sepenuhnya dibawah Supervisi PB FAJI dengan melibatkan unsur-unsur FAJI yang ada di Propinsi. Persyaratan dan prosedur pendaftaran akan diumumkan tersediri.
• Pentas Seni dan Budaya Daerah Provinsi Banten
Penampilan Seni Budaya khas Daerah Banten.

KLASIFIKASI LOMBA
KEJURNAS ARUNG JERAM (R-6) CIBERANG – BANTEN 2009 termasuk dalam Kejuaraan Arung Jeram Kategori R-6 (6 Pedayung) Level D yang peraturan lombanya menyesuaikan dengan Juklak Pertandingan Arung Jeram FAJI/IRF.
PESERTA PERTANDINGAN
• Ketentuan Umum
o Tim Peserta KEJURNAS ARUNG JERAM 2009 mewakili masing-masing Pengda FAJI, dibuktikan dengan Surat pengantar dari Pengda FAJI setempat.
o Tim Peserta adalah Anggota FAJI.
o Kompetisi terbagi atas Kelas Umum Putra dan Putri
o Jumlah total Tim peserta maksimal adalah 30 (tiga puluh) tim terdiri dari 20 (dua puluh) tim putra dan 10 (sepuluh) tim putri . Bila jumlah Peserta Putri tidak mencapai kuota, akan diisi dengan Tim Putra sampai mencapai batas maksimal peserta 30 (tiga puluh) Tim.
• Ketentuan Anggota Tim:
o Kompetisi ini termasuk dalam kategori R-6 dimana tiap Tim terdiri dari 6 (enam) orang pendayung ditambah 1 (satu) orang cadangan dan 1 (satu) orang Manajer Tim.
o Peserta berusia minimal 17 tahun.
o Seluruh nama dan identitas Tim Peserta harus didaftarkan sesuai nama KTP/SIM/ID (dapat menyebutkan tambahan nama alias).
• Ketentuan Tim Peserta :
o Setiap Pengda dapat mengirimkan 1 (satu) tim putra dan 1 (satu) tim putri.
o Tim Peserta Kejuaraan ini terdiri dari perwakilan Pengda FAJI yang ditentukan berdasarkan seleksi atau kualifikasi sesuai dengan kebijakan Pengda FAJI masing-masing.
o Setiap pengda dapat mendaftarkan beberapa Tim Peserta Cadangan sesuai peringkat daerah, yang akan dipastikan keikutsertaanya sebagai peserta setelah penutupan pendaftaran tanggal 5 Desember 2009.
o Pengda yang tidak mendaftarkan Timnya sesuai dengan persyaratan dan batas waktu yang ditentukan maka posisinya akan digantikan oleh Tim Peserta cadangan dari daerah yang lain.
o Urutan Pendaftaran didasarkan atas kelengkapan persyaratan dan tanggal pendaftaran serta pertimbangan aktivitas dan prestasi daerah dalam kegiatan arung jeram.
o Panitia akan membatalkan Kelas Putri jika tim yang mendaftar kurang dari 4 (empat) Tim.
o Hasil seleksi administrasi oleh Panitia/PB FAJI bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
PROSEDUR PENDAFTARAN / registrasi
• Menghubungi Panitia KEJURNAS ARUNG JERAM 2009 dan mengisi Formulir Pendaftaran Peserta.
• Membayar Uang Pendaftaran, sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
• Uang Pendaftaran tersebut sudah termasuk Biaya Asuransi, akomodasi dan fasilitas lainnya yang ditentukan selama Kejuaraan.
• Setiap Tim Peserta dikenakan Uang Jaminan Pendaftaran sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah rupiah) yang akan dikembalikan pada hari terakhir Kejuaraan, bila tidak ada klaim atas kerusakan atau kehilangan Peralatan yang dipinjam.
• Pembayaran Uang Pendaftaran melalui transfer bank:
a.n. rekening PB Federasi Arung Jeram Indonesia
Bank Mandiri KCP Jakarta Tebet Supomo
No. 124-00-0541557-6
• Pendaftaran Tim Peserta harus dilengkapi dengan :
1. Formulir Pendaftaran yang telah diisi lengkap
2. Surat pengantar dari Pengda FAJI
3. Fotocopy kartu identitas (KTP/SIM/Kartu Mahasiswa-Pelajar)
4. Surat keterangan sehat dari Dokter untuk tiap anggota Tim Peserta.
5. Paspoto 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar untuk setiap peserta
6. Bukti Transfer Biaya Pendaftaran Kejuaraan
• Bukti transfer beserta Formulir Pendaftaran dan kelengkapan lainnya dikirim via email kepada PB FAJI/ Panitia Kejurnas Arung Jeram 2009 / pb_faji@faji.org dan fajida_banten@yahoo.com serta via Fax (021) 837 05448, atau Pos selambat-lambatnya diterima pada tanggal 5 Desember 2009.
• Semua Dokumen Asli harus diserahkan/ditunjukkan pada saat Daftar Ulang di tempat Kejuaraan.
Pengembalian Uang Pendaftaran & Uang Jaminan:
1. Apabila terjadi pembatalan oleh Tim Peserta, maka tidak ada pengembalian Biaya Pendaftaran.
2. Biaya yang dibebankan oleh Bank sebagai persyaratan administrasi pengiriman atau pengembalian dana pembatalan menjadi tanggung jawab Tim sepenuhnya.
3. Uang Jaminan tidak dikembalikan bila Tim Peserta tidak melakukan Start pada Hari Pertama Kejuaraan.
FORMAT KOMPETISI
KEJUARAAN NASIONAL ARUNG JERAM 2009 mempertandingkan 4 (empat) jenis lomba yang terdiri dari :
• Sprint (memperebutkan 100 point)
• Head to Head (memperebutkan 200 point)
• Slalom (memperebutkan 300 point)
• Down River (memperebutkan 400 point)
Peraturan lomba mengacu pada JUKLAK FAJI yang diadaptasi dari peraturan IRF.
• Sprint
Merupakan salah satu jenis lomba yang mepertandingkan kecepatan dalam mendayung.
• Sprint Head to Head
Tim berpacu pada pada babak Head to head secara simultan dengan sistem gugur.
• Slalom
Slalom merupakan salah satu jenis lomba yang yang mempertandingkan kecepatan dan keterampilan Tim dalam mendayung dan mengendalikan perahu melintasi rintangan berupa gawang yang terdapat di badan sungai.
• Down River Race
Down River Race (DRR) merupakan jenis lomba arung jeram yang memperlombakan kecepatan Tim dalam mendayung perahu pada jarak jauh.
PERATURAN UMUM KEJUARAAN
PERAHU & PERLENGKAPAN LOMBA
• Perahu Karet disiapkan oleh Panitia dengan spesifikasi sesuai peraturan dalam kejuaraan FAJI/IRF.
o Apabila terjadi perubahan spesifikasi perahu, akan diberitahukan oleh Panitia sebelum lomba.
o Perlengkapan Lomba yang WAJIB disediakan oleh Tim Peserta adalah :
 Peralatan Arung Jeram : dayung, pelampung, helm.
 Peralatan rescue, tiap Tim minimal terdiri dari:
2 flip line, 2 pisau, dan 1 tali lempar.
• Tim Peserta yang tidak menggunakan peralatan dimaksud pada poin 1 dan 2, pada saat Start, didiskualifikasi untuk nomor lomba yang bersangkutan.
• Dilarang menambah kelengkapan perahu diluar ketentuan yang telah ditetapkan. Pelanggaran atas ketentuan ini akan diberi sanksi diskualifikasi.
• Perahu milik Panitia hanya dipinjamkan pada saat lomba, peserta bertanggung jawab atas kerusakan yang diakibatkan kelalaian maupun kesengajaan dalam pemakaian.
FASILITAS PESERTA
• Panitia hanya menyediakan kaos Tim sebanyak 8 (delapan) orang per tim.
• Akomodasi
o Peserta akan menginap di rumah-rumah penduduk (Home stay) yang terpilih sebagai pemondokan atlet.
o Peserta diharapkan membawa perlengkapan tidur
o Pemondokan disediakan mulai tanggal 20 Desember 2009 (pkl.12.00 WIB) s/d 24 Desember 2009 (pkl. 13.00 WIB)
• Konsumsi
• Konsumsi peserta disediakan oleh Panitia selama perlombaan sejak tanggal 20 Desember 2009 (makan malam) hingga tanggal 24 Desember 2009 (makan siang)
• Panitia tidak menyediakan snack/Coffe break, hanya menyediakan makan pagi, makan siang dan makan malam sesuai jadwal yang ditetapkan
• Transportasi
o Panitia menyediakan transportasi untuk setiap Tim peserta yang tidak membawa kendaraan sendiri dari pintu tol Serang Timur. Untuk peserta dari luar daerah yang menggunakan pesawat terbang, panitia menyediakan jemputan dari bandara Soekarno Hatta ke lokasi KEJURNAS ARUNG JERAM 2009.
o Setiap Tim Peserta harus mengkonfirmasi jadwal kedatanganya ke Panitia.
o Panitia menyediakan transportasi lokal selama kegiatan berupa angkutan dari Pemondokan ke lokasi start dan kembali dari Finish
• Personal Utilitas
Setiap peserta akan mendapatkan: Tanda Pengenal Peserta, Nomor Dada (BIB), dan Sertifikat.
HADIAH
Kepada para pemenang, Panitia menyediakan hadiah berupa Uang Pembinaan dengan Total Rp 30.000.000+ Trophy + Sertifikat :
• Juara umum : Total Rp. 30,000,000 (Tiga Puluh Juta Rupiah)
Juara I Rp 10.000.000,-
Juara II Rp 8.000.000,-
Juara III Rp 6.000.000,-
Juara IV Rp 4.000.000,-
Juara V Rp 2.000.000,-
TELEKOMUNIKASI
Di lokasi pertandingan, tersedia jaringan telekomunikasi telepon selular oleh Indosat. Jaringan TELKOMSEL dan XL hanya dapat tertangkap dibeberapa titik.

MEDIKAL, ASURANSI & RESCUE
• Setiap peserta harus membawa obat-obatan pribadi jika memiliki penyakit khusus.
• Panitia mengharapkan peserta memiliki perlindungan asuransi tambahan, selama penyelenggaraan lomba.
• Panitia menyediakan fasilitas pengobatan, gawat darurat, ambulan, bantuan medis dan operasi rescue.
• Panitia pelaksana bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi terhadap peserta selama berlangsungnya kegiatan.

WAKTU LATIHAN
Latihan dapat dilakukan sebelum Kejuaraan, namun Panitia tidak menyediakan perlengkapan dan fasilitas lainnya untuk latihan. Pada tanggal 20 Desember 2009, jam 16:00 seluruh rute Sungai Ciberang tertutup untuk latihan.
Penggunaan Route Lomba untuk latihan sejak 1 (satu) minggu sebelum Kejuaraan, harus seijin Panitia . Latihan hanya diijinkan bila menggunakan perlatan safety yang cukup.

BRANDING SPONSOR TIM
Tim peserta diperkenankan membawa Branding Sponsor tanpa dibebankan biaya iklan dengan ketentuan berikut:
• Perlengkapan : Dayung, helmet pada sisi kanan dan kiri.
• Kostum : Kaos, celana, topi, helmet dan ikat kepala tim.
• 2 spanduk ukuran maks 100 X 700 cm pada titik yang ditentukan Panitia.
Branding pada perahu, sisi depan dan belakang helm, nomor peserta dan arena lomba, diperuntukan untuk sponsor event dan akan dikenakan biaya iklan. Setiap penyertaan sponsor harus didaftarkan ke Panitia berikut branding yang akan dilakukan. Panitia berhak melarang branding di posisi tertentu yang telah menjadi hak Panitia. Nama sponsor diperbolehkan untuk digunakan sebagai nama Tim peserta.



MERCHANDIZING, PERLENGKAPAN OUT DOOR DAN CINDERA MATA
Pemuatan Logo, tulisan atau penyebutan event KEJURNAS ARUNG JERAM 2009 untuk keperluan komersial, serta penjualan perlengkapan Out Door dan cindera mata di sekitar lokasi penyelenggaraan kejurnas, dapat dilaksanakan hanya atas ijin dan kerjasama dengan Panitia. Pengaturan tempat dan waktu penjualan, diatur oleh Panitia.
TATA TERTIB
• Menjaga nama baik Tim, sesama Peserta, Panitia dan FAJI.
• Membangun keakraban dengan sesama Peserta, Tim, Panitia dan masyarakat lokal.
• Menggunakan Badge Peserta selama kegiatan berlangsung.
• Setiap Pengda diwajibkan membawa Panji-panji/Bendera Pengda FAJI yang melambangkan dinamika arung jeram di daerah masing-masing. Panji-panji juga akan digunakan saat defile Upacara Pembukaan dan Penutupan Keajuraan.
• Hadir dilokasi yang ditentukan sesuai dengan jadwal acara
• Mengikuti acara pembukaan dan penutupan sesuai dengan jadwal acara.
• Mengikuti lomba dengan sikap sportif.
• Mengutamakan keselamatan seluruh Tim pada saat lomba.
• Dilarang membawa, mengedarkan dan mengkonsumsi minuman keras, narkotika dan obat-obatan terlarang disekitar lokasi perlombaan berlangsung. Khusus pelanggaran atas klausul ini dapat dilaporkan kepada pihak yang berwajib.
• Menjaga kebersihan di lingkungan sungai dan sekitarnya serta perkampungan atlit.
• Menjaga ketertiban disekitar lokasi perlombaan dan perkampungan atlit.
• Dilarang menimbulkan kegaduhan selama kegiatan berlangsung.
KETENTUAN TAMBAHAN
• Bila ada perubahan pada peraturan diatas, atau ada hal lain yang belum diatur, akan diumumkan kemudian atau disampaikan pada saat technical meeting ditempat perlombaan.
• Semua ketetapan hasil lomba adalah final dan tidak dapat diganggu gugat.
ALAMAT KONTAK
Panitia Pelaksana :
KEJURNAS ARUNG JERAM CIBERANG BANTEN 2009
c/o PURI KARIKA BANJARASARI BLOK B 09 NO. 16 CIPOCOK JAYA SERANG BANTEN
(DEPAN MAPOLDA BANTEN)
Telp. (0254) 824 1374 / FAX (0254) 228464
Email : fajida_banten@yahoo.com

PIC : Agus Rasyid - 08561105333 / 081906252111
Arias Widodo - 08122375389 / 081510264356
Dulhak - 085214794996

Pendaftaran Tim Peserta :
Pengurus Besar Federasi Arung Jeram Indonesia ( PB FAJI)
Kompleks Gudang Peluru
Jl. Gudang Peluru Barat Blok X No.557,
Kebon Baru, Tebet, Jakarta 12830
Telp. (021) 835 5885 Fax (021) 837 05448.
Email : pb_faji@faji.org
KONTAK . Tinu Aprilia : 0818109014, Budi Yakin : 0813 89543540, Joni Kurniawan : 0812 641 7356
=== Up date informasi akan dimuat di Web FAJI : www.faji.org ===
READ MORE - INFORMASI DAN PERATURAN UMUM KEJUARAAN NASIONAL ARUNG JERAM (R-6) CIBERANG – BANTEN 2009 21 - 24 Desember 2009
Template Design by burhanmandalawangi